Menolak "Lipstik Partai Politik" dalam Wajah Kampanye.

|


Oleh Abd. Tsabit SPsi..

Genderang kampanye terbuka pemilu 2009 sudah ditabuh, seluruh partai politik serentak berbenah untuk melakukan strategi terbaik di dalam menarik masa sebanyak-banyaknya. Dalam sebuah hajatan demokrasi (kampanye pemilu), seluruh masyarakat selalu ditempatkan sebagai pihak penikmat dan penyimak pertunjukkan dari aksi-aksi yang ditampilkan partai politik, oleh sebab itu partai politik dituntut harus menampilkan sosok paras dan wajah yang anggun, menawan dan memikat hati. Daya pikatnya pun unik dan mampu membuat masyarakat mabuk kepayang, yakni dengan selalu menawarkan perubahan, perbaikan, kesejahteraan, serta jaminan masa depan yang lebih baik. Padahal dibalik itu semua adalah hanya "lipstick" partai politik semata yang dengan sengaja dilakukan supaya paras wajah kampanye mereka mempesona dan masyarakat banyak yang jatuh hati dengannya.

Dewasa ini masyarakat kita sudah banyak belajar dari pengalaman kampanye-kampanye sebelumnya, dari sini rupanya mereka sudah banyak makan garam dan telah menjadi lebih cerdas daripada pemilu sebelumnya. Masyarakat kita sudah terlampau jenuh dengan rayuan dan janji-janji partai politik yang cenderung mengibuli dan tidak mencerdaskan, malah justru dengan rayuan dan janji-janji partai politik tadi menjadi biang hilangnya kredibilitas mereka di saat mereka terpilih, dan hal yang membahayakan lagi adalah ketika stigma masyarakat muncul akibat mosi tidak percaya sehingga mereka memboikot tidak berpartisipasi dalam pemilu (golput), maka partai politik seharusnya lebih berpikir panjang mengenai dampak dari apa yang telah mereka lakukan dalam setiap kampanyenya, tidak hanya untuk memikirkan kepentingan mereka sesaat tetapi lebih jauh harus memikirkan bagaimana bangsa ini ke depan punya kredibiltas, martabat dan harga diri, karena setiap bangsa dimanapun selalu melahirkan generasi berikutnya. Jika hal ini terus terjadi maka bisa dibayangkan bangsa kita akan terus selalu berada dalam lingkaran pembodohan dan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan. Selain Itu seharusnya partai poltik juga harus membuat kontrak politik dengan bermateraikan suara hati untuk selalu berpegang kepada janji dan komitmen dan mereka siap diawasi atau dimonitoring secara berkala oleh masyarakat.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cerdas dan berpotensi besar untuk maju. Partai politik yang sejati adalah partai politik yang mencetak figur-figur pejabat yang berdedikasi tinggi dan cinta negeri, figur-figur yang memang benar-benar memikirkan kemajuan bangsa dan negara serta figur pemimpin yang tidak menganggap bangsanya bodoh dan tidak pula membiarkan kebodohan ada di tengah masyarakat.

Artikel yang berkaitan



0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Masukan Komentar Anda di sini

 

©2009 Insight Community | Template Blue by TNB