KEKERASAN MASYARAKAT : "Sebuah fenomena salah asuh"

|


Oleh Abd. Tsabit Spsi,..

Tragis, paradoks dan memalukan ketika kita menyimak sederatan kasus kekerasan masyarakat yang belakang ini muncul di beberapa media. Tak tanggung-tanggung pelakunya pun beragam, mulai dari kalangan masyarakat "awam" bahkan sampai masyarakat "afham" (masyarakat yang paling "faham" tentang pendidikan atau masyarakat terdidik) pun kerap menjadi aktor di balik kekerasan. Sebagai contoh mulai dari kasus mutilasi yang dilakukan seorang pembantu yang terkesan mencerminkan perilaku Barbarian, kemudian kasus terbaru dan sungguh memalukan adalah kasus duta mahasiswa berprestasi kita yang sedang bertamu dan menempuh studi di Singapura entah karena khilaf, telah tega berani mencedrai guru besarnya sendiri padahal posisi sang guru besar adalah selaku tuan rumah. Muncul satu pertanyaan, siapa yang mesti disalahkan dan mengapa budaya kekerasan ini semakin menggeliat di negeri kita.

Negara kita bukanlah negara yang menganut faham Machiavelian yang mengasumsikan bahwa kekerasan adalah instrumen efektif untuk mencapai tujuan sejauh yang diancam dengan kekerasan memiliki kekuatan lebih lemah. Faham Machiavelian selalu menjadikan teror, intimidasi, kekerasan bahkan pembunuhan sebagai sarana efektif untuk menyelesaikan masalah. Namun negara kita adalah negara yang sudah terlanjur menyandang predikat sebagai negara yang memiliki akar budaya yang santun, ramah dan terkenal pandai memanusiakan orang. Lalu kenapa fenomena kekerasan kerap terjadi belakangan ini.
Semua kalangan sepakat bahwa fenomena tersebut dipicu karena krisis budi pekerti dan hampanya tatanan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Krisis budi pekerti dan hampanya tatanan nilai tersebut disebabkan dengan meminjam istilah pakar pendidikan Arif Rahman adalah karena pola asuh anak yang terlalu mengedepankan pendidikan otak dari pada watak. Selain itu juga pola penanaman nilai dan moral anak dari keluarga yang terkesan setengah hati, yang mana dalam kenyataannya sudah dipercayakan kepada lembaga-lembaga penitipan yang tengah menjadi tren. Tanpa kita sadari bahwa semenjak kecil sampai dengan orang tua rentapun kita masih tergantung dengan lembaga-lembaga penitipan, seperti dari mulai playgroup sampai panti jompo. Hemat mereka sederhana, karena dengan cara itu segalanya menjadi mudah dan tidak perlu ambil pusing. Padahal kalau kita tahu, setiap anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya selalu merindukan kelekatan psikologis maupun pendekatan dialogis. Hal demikian itu tanpa disadarai oleh pihak keluarga akan menjadi cikal bakal lahirnya perilaku (behavior) seorang anak yang nantinya akan beranjak dewasa.
Solusi yang bisa ditawarkan dalam hal ini adalah semestinya kita harus melakukan refleksi massal mengenai pola asuh dan pola didik anak bangsa. Ada dua pendekatan yang dirasa sangat humanis dalam melihat fenomena kekerasan masyarakat ini, yaitu dengan cara mengasah kecerdasan emosional anak dan menumbuhkan potensi akal sehat (reasoning) anak sejak dari dini.
Mengasah kecerdasan emosional anak, berarti bagaimana anak itu diarahkan untuk bisa peka dengan emosi yang dimilikiya dengan mampu mengendalikan perasaannya sesuai dengan kondisi lingkungannya, mampu mengenali emosi dan perasaan orang lain, tidak mudah tersinggung dan tidak mudah terganggu emosinya, bereaksi dengan tepat sehingga mampu mengembangkan hubungan yang baik dengan orang lain.
Menumbuhkan potensi akal sehat (reasoning) berarti memberi pemahaman kepada anak bahwa akal sehat adalah akal yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan yang sehat. Hal itu bisa ditempuh dengan cara senantiasa mengembangkan argumentasi dan dialog dalam menyelesaikan setiap permasalahan.
Oleh karena itu, dua pendekatan inilah yang seharusnya menjadi acuan dalam sistem pendidikan di negeri ini, pada akhirnya setiap generasi dari anak bangsa mampu untuk menghadirkan perdamaian setiap harinya, sehingga tidak menutup kemungkinan Ibu Pertiwi pun pasti tersenyum.

Artikel yang berkaitan



0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Masukan Komentar Anda di sini

 

©2009 Insight Community | Template Blue by TNB