TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL

|


Freud menjabarkan bahwa ada lima tingkatan yang kita lalui :
Oral (0-2 tahun)
Anal (2-3 tahun)
Phalik (3-6 tahun)
Laten (6-11 tahun)
Genital (11+tahun)
Tiga tingkat yang pertama sangat penting bagi perkembangan kepribadian:







Tingkat Oral (0-2 tahun)

Mulut adalah sumber utama kenikmatan, untuk bertahan hidup: bayi mampu menyusu dengan sendirinya. Melalui kepuasan Oral, bayi memperoleh kepribadian yang optimis dan rasa percaya.
Apabila kurang dalam rangsangan oral disapih terlalu dini misalnya – kepribadiannya akan menjadi pesimistis, tidak percaya, suka mengejek, atau agresif.
“Tertahan” pada fase ini dinamakan fiksasi oral.
Tingkat Anal (2-3 tahun)

Fokus kenikmatan pada fase ini berganti ke anus, membantu anak menjadi sadar dengan masalah buang air besar dan cara mengendalikannya, membantu latihan buang air besar – pergi ke toilet pada waktu dan tempat yang tepat. Orangtua harus menumbuhkan rasa keteraturan dan kebersihan. Dengan menentukan sendiri waktu yang tepat untuk buang air besar, berarti anak mengambil langkah yang penting dalam membentuk kemandirian, menumbuhkan rasa percaya diri, dan menumbuhkan perasaan mengenai kapan harus “melepaskan sesuatu”. Namun, terlalu ketat dalam memaksa anak untuk pergi ke toilet atau tentang pengaturan buang air dan kebersihan, dapat menimbulkan masalah kepribadian – tergantung bagaimana reaksi anak

Contoh fiksasi anal
Memaksa anak untuk pergi ke toilet dapat menyebabkan anak menjadi segan untuk m,elepaskan apa pun. Anak tersebut menjadi suka menimbun sesuatu atau pelit – masalah klasik retensi anal !
Sama juga, terlalu mementingkan “keteraturan” dapat menyebabkan keobsesifan dalam menempati waktu – atau menjadi tife orang yang selalu telat. Terlalu menekankan kebersihan dapat menjadikan kepribadian obsesif, selalu memperhatikan kebersihan dan kerapian. Atau menjadi pemberontak, menjadi seseorang yang selalu tidak rapi.

Tingkat Phallic (3-6 tahun)


Anak-anak mulai menyadari alat kelaminnya (“bermain dengan alat kelaminnya”) dan perbadaan jenis kelamin. Akibatnya, ada perbedaan perkembangan antara anak laki-laki dan perempuan.
Kompleks Oedipus
Setiap anak laki-laki, secara tidak disadari, menempuh urutan langkah sebagai berikut:
a) Berkembangnya keinginan yang kuat terhadap ibunya.
b) Mengetahui adanya ikatan yang dekat di antara kedua orangtuanya (tidur bersama)
c) Menjadi cemburu terhadap ayahnya dan membencinya.
d) Takut kepada ayahnya, yang mungkin mengetahui perasaannya yang sebenarnya (yaitu keinginannya terhadap ibunya, kecemburuannya dan klebenciannya).
e) Takut mendapat hukuman yang paling berat untuk anak laki-laki – DIKEBIRI!
Pada saat ini, anak merasa menderita dan ingin sekali menyelesaiakannya.
Penyelesaian akhir dari Kompleks Oedipus muncul ketike anak berangsur-angsur menjadi “normal”. Anak laki-laki merasa mirip dengan, atau menjadi seperti, ayahnya. Hal ini menyelesaikan masalahnya karena dengan menjadi seperti ayahnya berarti (a) ayahnya menyukainya sehingga tidak akan menghukumnya, (b) ibunya juga menyukainya!.
Identifikasi menjadikan si anak meniru semua sikap, keyakinan moral (perkembangan superego), dan peran jenis kelamin dari ayahnya.
Mereka mengalami Kompleks Elektra, Carl Jung (1875-1961)
Karena ibunya juga sama, anak perempuan akhirnya beridentifikasi terhadap ibu, meniru moral dan peran ibunya. (Hal ini sering tidak jelas!).
*Setelah bekerja bersama Freud pada 1906-1913, Jung menilai Freud terlalu banyak menekankan masalah seks. Jadi dia berpisah dari Freud dan membuat konsep sendiri: introversi dan ekstraversi, aneka kompleks, pola-pola dasar kepribadian, dan ketidaksadaran kolektif.



Artikel yang berkaitan



0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Masukan Komentar Anda di sini

 

©2009 Insight Community | Template Blue by TNB