EUFORIA SEPAKBOLA VS HEROISME BANGSA

|


Oleh Abd. Tsabit SPsi..,

PERHELATAN akbar si kulit bundar para penghuni benua biru telah usai. Muara suka cita yang terurai dalam isak tangis dan gelak tawa sudah paripurna. Banyak catatan monumental ditorehkan, ratusan juta mata telah terpasang, puluhan gol telah tercipta, guyuran kartu kuning dan kartu merah telah tersuguhkan, dan yang paling fantastis adalah eksodus massa serta gelimang uang selalu menghampiri medan magnetis makhluk yang bernama sepakbola. Singkat kata daya magis sepakbola telah mampu menjadi mobilitas vertikal di kolong jagad ini.


Para sosiolog menyebut fenomena ini dengan istilah euforia, sedangkan dalam ranah psikologi fenomena tersebut sudah masuk dalam terminologi fanatisme yang ekstrim. Euforia dan fanatisme ekstrim merupakan dua padanan kata yang memiliki substansi sama, yaitu dalam hal luapan ekspresi yang termanifes. Namun dalam ranah psikologi, fenomena fanatisme ini memiliki keunikan yang khas, yaitu suatu kondisi di mana individu memandang suatu figur dalam intensitas emosional yang tinggi, kuat, berlebihan, tidak memiliki alasan tetapi dianut secara mendalam sehingga sulit diubah terhadap suatu tokoh identifikasi yang dijadikan panutan. Melalui sepakbola, banyak orang yang merelakan hak istirahatnya (tidur) tidak mereka gunakan semestinya, banyak orang yang merasa kecewa berat dan terpukul hatinya ketika tim kesayangannya kalah, bahkan banyak pula yang ikhlas mengorbankan materi, harga diri, keluarga sekalipun demi larut dalam euforia sepakbola. Nampaknya fenomena inilah yang selalu melekat dalam diri sepakbola sepanjang sejarah olah raga permainan ini bergulir sampai sekarang.
Sepakbola dengan segala plus dan minusnya patut dijadikan pembelajaran oleh putra-putri bangsa supaya nusantara ini matang baik dari segi bangunan mentalitas (heroisme) para generasinya, maupun pola pengasuhan negeri yang cakap oleh para birokrasinya.
Mentalitas para pecandu sepakbola seolah memberikan warna dan pencerahan tersendiri terhadap segudang permasalahan bangsa yang rumit untuk diurai benang kusutnya. Belakangan ini, negeri kita dilelahkan dengan perang urat syaraf ideologi keyakinan, anarkisme, kekerasan, brutalisme, mafia peradilan dan lain-lain. Sehingga sah-sah saja jika kita mengatakan bahwa negeri ini tengah mengidap penyakit keropos mentalitas.
Keroposnya mentalitas bangsa ini disebabkan karena kita tidak sayang dan peduli terhadap negeri ini. Kita lebih memilih insting binatang dalam setiap menyelesaikan segala permasalahan, merasa nyaman padahal harga diri bangsa sedang diinjak-injak oleh suatu kepentingan, miskin pengorbanan dan serba ketergantungan.
Tidaklah penting bagi kita untuk mengatakan siapa yang menjadi kambing hitam atau penyebab peliknya permasalahan negeri ini, yang penting adalah bagaimana ke depan kita menerapkan format baru untuk membangun negeri. Salah satunya dengan spirit dan mentailtas pecandu sepakbola yang selalu siap membela dan berkorban di manapun dan kapanpun tim kesayangannya bertanding. Pesta Euro 2008 boleh berakhir, tetapi spirit dan heroisme untuk membangun negeri tak boleh kendur. BRAVO NUSANTARA!

Artikel yang berkaitan



0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Masukan Komentar Anda di sini

 

©2009 Insight Community | Template Blue by TNB