TEORETISI PSIKOANALISA

|

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:
1) suatu metoda penelitian dari pikiran;
2) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia; dan
3) suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis yang mendasari teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Berbagai pendekatan dalam perlakuan yang disebut "psikoanalitis" berbeda-beda sebagaimana berbagai teori yang juga beragam. Sebagai tambahan, istilah psikoanalisis juga merujuk pada metoda penelitian terhadap perkembangan anak.


Psikonaliasis disebut-sebut sebagai kekuatan pertama dalam aliran psikologi. Aliran ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1890-an oleh Sigmund Freud seorang ahli neurologi yang berhasil menemukan cara-cara pengobatan yang efektif bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan gejala neurotik dan histeria melalui teknik pengobatan eksperimental yang disebut abreaction, sebuah kombinasi antara teknik hipnotis dengan katarsis, yang dia pelajari dari senior sekaligus sahabatnya, Dr. Josef Breuer. Bersama-sama dengan Breuer, Freud menangani pasien-pasien dengan gangguan histeria yang menjadi bahan bagi tulisannya, :”Studies in Histeria”. Kerjasamanya dengan Jean Martin Charcot, dokter syaraf terkenal di Perancis, dia banyak menggali tentang gejala-gejala psikosomatik dari pasien-pasien yang mengalami gangguan seksual
Freud berhasil mengembangkan teori kepribadian yang membagi struktur mind ke dalam tiga bagian yaitu : consciousness (alam sadar), preconsciousness (ambang sadar) dan unconsciousness (alam bawah sadar). Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas. Freud mengembangkan konsep struktur mind tersebut dengan mengembangkan “mind apparatus”, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego. Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah. Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa bermacam-macam, seperti : identifikasi, proyeksi, fiksasi, agesi regresi, represi.
Pemikiran Psikoanalisis dari Freud semakin terus berkembang, Alfred Adler (1870-1937), sebagai pengikut Freud yang berhasil mengembangkan teorinya sendiri yang disebut dengan Individual Psychology. Konsep utama Adler adalah organ inferiority. Berangkat dari teorinya tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik yang berusaha diatasi manusia, ia memperluas teorinya dengan menyatakan bahwa perasaan inferior adalah universal. Setiap manusia pasti punya perasaan inferior karena kekurangannya dan berusaha melakukan kompensasi atas perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam bentuk menyesuaikan diri ataupun membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi kelemahan tersebut. Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving for superiority, yaitu dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangan lebih optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa depan dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.
Carl Gustav Jung (1875-1961), salah seorang murid Freud yang kemudian berhasil mengembangkan teorinya sendiri yang disebut Analytical Psychology. Jung menekankan pada aspek ketidakadaran dengan konsep utamanya, collective unconscious. Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Hal ini dapat dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective unconscious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan kebijaksanaan yang dianut manusia. Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype, yang terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar pada manusia, yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective unconsciousness.
Melanie Klien (1882-1960), dianggap sebagai ibu dari teori relasi objek dan Freud adalah ayahnya. Teori Relasi Objektif adalah turunan langsung teori instingtif Freud namun, berbeda dari moyangnya minimal dalam tiga hal: Pertama, teori objek klien tidak begitu menekankan dorongan-dorongan berbasis biologis karena lebih mementingkan konsistensi pola-pola hubungan antar pribadi. Kedua, Berbeda dari teori Freud yang paternalistik yang menekankan kuasa dan kontrol ayah, teori relasi objek Klien lebih bersifat Materialistik, menekankan hubungan intim dan pengasuhan ibu. Ketiga, teori relasi Klien umumnya melihat hubungan dan keterkaitan antarmanusia – bukannya kesenangan seksual, sebagai motif utama perilaku manusia.
Teori-teori relasi objek berasumsi bahwa hubungan ibu dan anak selama 4 atau 5 bulan pertama adalah waktu yang paling kritis bagi perkembangan kepribadian. Klien percaya bahwa bagian paling terpenting dari hubungan apa pun adalah reprentasi psikis internal objek-onjek signifikasi paling dini seperti buah dada ibu atau penis ayah
Namun begitu, yang lebih spesifik lagi teori relasi objek banyak mengalami pertumbuhan insight karena dikembangkan banyak teoretisi relasi objek lainnya seperti; Margaret Mahler yang secara umum menyoroti perjuangan bayi untuk memperoleh otonomi dan rasa kedirian. Hein Kohut yaitu menyoroti kedirian tersebut. Karya John Bowbly menyoroti tahap-tahap kecemasan bayi terhadap perpisahan dari ibu atau pengasuhnya. Dan karya Mary Ainsworth menyoroti kepada tipe-tipe kemelekatan bayi kepada ibu atau pengasuhnya.
Karen Horney menjelaskan bahwa pengaruh sosial dan budaya lebih penting daripada pengaruh biologis. Dibuktikan seperti anak-anak yang kurang rasa kasih sayang dan kehangatan akan gagal dalam memenuhi kebutuhan mereka akan rasa aman dan rasa puas. Perasaan terisolasi dan rasa tak berdaya ini memicu kecemasan dasar, yaitu rasa perasaan teriosalasi dan rasa tak berdaya dalam dunia yang dipenuhi potensi kebencian.
Ketidakmampuan manusia menggunakan taktik yang berbeda dalam hubungan mereka dengan orang lain membangkitkan konflik dasar: yaitu, kecenderungan yang tidak cocok untuk bergerak menuju, melawan, dan menjauh dari orang lain. Horney menyebutkan kecenderungan-kecenderungan untuk bergerak bergerak menuju, melawan atau menjauh dari orang lain sebagai tiga kecenderungan neuritik. Manusia yang sehat memecahkan konflik dasar mereka denagn menggunakan ketiga kecenderungan neoritik secara fleksibel, sementara penderita neorotik hanya menggunakannya saja secara kompulsif.
Baik manusia yang sehat maupun neuritik mengalami konflik intrapsikis yang menjadi bagian dari sistem kepercayaan mereka. Dua konflik intrapsikis yang menjadi bagian dari sistem kepercayaan mereka. Dua konflik utama adalah gambaran diri yang diidealkan ( upaya-upaya neuritik untuk membangun gambaran diri yang mirip Tuhan) dan kebencian pada diri sendiri (kecenderungan penderita neuritik untuk membenci dan melecehkan jati dirinya yang nyata). Tujuan psikoterapi Horneyian adalah membawa pertumbuhan menuju aktualisasi diri yang nyata.
Erick Fromm, terkenal dengan teori Psikoanalisis Humanistiknya. Fromm berasumsi bahwa manusia sudah tercabut dari kesatuan prasejarah mereka dengan alam dan juga dengan sesamanya satu sama lain, tetapi mereka memiliki kekuatan penalaran, pemrediksian, dan imajinasi.
Kesadaran diri memberikan kontribusi bagi perasaan kesendirian, keterkucilan dan ketidakberumahan. Untuk lari dari perasaan-perasaan ini, manusia berusaha menyatu lagi dengan orang lain dan dengan alam. Hanya kebutuhan yang khas manusiawi, keterhubungan, transendesi, keberakaran,rasa identitas, dan kerangka orientasi yang dapat menggerakan manusia menuju penyatuan kembali dengan dunia alamiah.
Perasaan keterhubungan mendorong manusia untuk mnyatu dengan orang lain lewat ketundukan, kekuasaan dan cinta. Transendensi adalah kebutuhan manusia untuk naik mengatasi eksistensi pasif mereka dengan mnciptakan atau menghancurkan kehidupan. Keberakaran adalah kebutuhan bagi sebuah struktur yang konsisten dalam hidup manusia. Rasa identitas memberikan seseorang perasaan”aku” (I, Subjek) atau ”saya” (me, objek). Kerangka orientasi adalah cara yang konsisten menatap dunia. Sedangkan kecemasan dasar adalah perasaan menjadi sendirian di dunia. Untuk lepas dari kecemasan dasar, manusia menggunakan beragam mekanisme pelarian, khususnya otoritarisme, destruktivitas, dan konformitas.
Manusia yang sehat secara psikologis mencapai sindrom pertumbuhan, yang mencangkup:
1. kebebasan positif, atau aktivitas spontan dari kepribadian yang menyeluruh atau terintegrasi
2. biofilia, atau cinta yang menggebu-gebu pada kehidupan
3. cinta pada sesama manusia
Namun begitu ada juga orang-orang tertentu yang hidup secara tidak produktif dan mencapai hal-hal dengan menerima secara pasif segala sesuatunya, mengekspolitasi orang lain, menimbun hal-hal, dan memasarkan atau menukarkan apapun termasuk dirinya.
Beberapa maausia yang secara ekstrem sakit dimotivasikan oleh sindrom kemerosotan, yang mencakup;
1. nekrofilia atau cinta pada hal-hal yang berbau kematian
2. narsisme sadistik atau terobsesi dengan diri sendiri dan
3. simbiosis inestik atau kecenderungan untuk tetap terikat kepada pribadi inang” pengasuhnya atau figur yang ekyuvalen dengan dirinya.
Tujuan psikoterapi Fromm adalah untuk membangun kesatuan dengan pasien sehingga mereka dapat menjadi menyatu kembali dengan dunia nyata.
Harry Stack Sullivan ( teori interpresonal), manusia mengembangkan kepribadiannya melelui hubungan-hubungan antarpribadi. Pengalaman berlangsung selama tiga tingkatan protaktonis ( primitif, prasimbolik ), parataksis (dapat dikomunikasikan namun tidak secara akurat), dan sintaksis (komunikasi yang akurat).
Dua aspek pengalaman adalah tegangan-tegangan (potensi untuk bertindak) dan tranformasi-tranformasi energi (tindakan-tindakan atau perilaku). Tegangan terdiri atas dua jenis yaitu kebutuhan dan kecemasan. Kebutuhan bersifat konjungtif, yaitu memfasilitasi perkembangan hubungan antar pribadi. Sedangkan kecemasan bersifat disjungtif, yaitu menghalangi pemuasan kebutuhan dan cara pandang membangun hubungan antar pribadi yang sehat.
Transformasi energi menjadi terorganisasikan menjadi karakter atau pola perilaku yang konsisten yang disebut berbagai dinamisme. Berbagai dinamisme tipoikal mencakup rasa dendam (perasaan hidup di negeri mungsuh), keintiman (hubungan antar pribadi yang karib dengan rekan yang setara stasusnya), dan napsu (hasrat-hasrat seksual interpresonal)
Kontribusi utama Sullivan adalah konsepnya tentang beragam tahap perkembangan. Tahap perkembangan pertama adalah masa bayi (dari lahir sampai perkembangan bahasa sintaksis), sebuah periode ketika hubungan antarpribadi utama bayi adalah dengan ibu pengasuhnya. Tahap kedua, selama masa kanak-kanak (dari bahasa sintaksis menuju kebutuhan akan teman bermain yang setara statusnya), ibu terus menjadi hubungan antar pribadi yang paling penting, meskipun anak diperiode ini mulai memiliki teman bermain imajinier. Tahap ketiga adalah masa anak muda (dari kebutuhan akan teman bermain berstatus setara sampai pengembangan keintiman), sebuah periode ketika anak harus belajar kompetisi, kompromi, dan kerja sama,kemampuan-kemampuan yang akan memampukan mereka untuk berhasil menyiapkan diri menuju tahap perkembangan berikutnya.
Tahap yang paling krusial adalah pra-remaja (dari keintiman dari keintiman dengan seorang teman karib sampai permulaan puberitas). Kekeliruan-kekeliruan yang dibuat selama fase ini sulit diatasi di fase-fase berikutnya. Selama masa remaja awal, anak-anak muda dimotivasikan oleh keintiman (biasanya pada seseorang yang berjenis kelamin sama) dan nafsu (terhadap pribadi yang berbeda jenis kelaminnya). Manusia mencapai masa remaja akhir ketika mereka sanggup mengarahkan keintiman dan napsu mereka terhadap seorang pribadi. Keberhasilan menyelesaikan masa remaja akhir memuncak pada masa dewasa, sebuah tahapan yaang ditandai oleh hubungan cinta yang stabil
Dengan menggunakan psikoterapi Sullivanian, terapis berfungsi sebagai pengamat partisipan berfungsi sebaagai pengamat partisipan dan berusaha memperbaiki hubungan-hubungan antarpribadi pasien.
Erik Erikson (Teori Post Freudian), tahap-tahap perkembangan erikson terletak diatas prinsip epigenetik, yang berarti bahwa setiap komponen bergerak selangkah demi selangkah yang sesuai dengan bangunan berikutnya di tahap perkembangan sebelumnya. Disetiap tahap, manusia mengalami sebuah interaksi dari sikap-sikap sintonik dan distonik yang berlawanan yang mengarah pada konflik atau krisis psikoseksual. Resolusi bagi krisis ini menghasilkan kekuatan dasar dan kemampuan seseorang untuk bergerak ke tahap berikutnya.
Erikson berpendapat komponen-komponen biologis membentuk cetak dasar (blue-print) bagi setiap individu, tetapi multilisitas peristiwa-peristiwa historis dan kultural turut membentuk identitas ego.
Erikson menggunakan metode psikosejarah (kombinasi psikoanalisis dan sejarah) untuk mempelajari krisis-krisis identitas Martin Luther, Mahatma Gandhi, dan tokoh-tokoh besar lainnya.


Daftar Pustaka

- Feist, Jess, J.Feist, Geogery (2008). Theory of Personality (edisi keenam). Jogjakarta : Penerbit Pustaka Pelajar

- Hana Panggabean, 2007, h ttp://rumahbelajarpsikologi.com
- Wikipedia. 2007. Psychoanalysis. http://en.wikipedia.org/

 

©2009 Insight Community | Template Blue by TNB